Oktober 2017
Ia
sederhana, sesederhana ombak yang menyapu epian pantai. Matanya yang sesekali
mengisyaratkan kerinduan, rindu akan rengkuhan kasih dan cinta sosok yang
diharapkan. Tak pernah terbayangkan sebuah pertemuan di suatu tempat yang tak
pernah kurencanakan. Aku sadar saat itu aku berdarah, terluka…sayatan itu masih
terasa perihnya. Namun ia dengan segera merengkuh tubuh rapuhku, membalut luka
dengan penuh kasih tanpa kubayangkan sebelumnya. Bahkan menawarkan warna sebuah
cinta sederhana tanpa janji yang mencolok.
Ya..ia
seperti laut, sesuai namanya, laut yang membuatku tak dapat pergi kemanapun.
Aku tak bias menggapai bahkan melihat tepian. Ia terlalu menghanyutkanku jauh,
sangat jauh. Aku sadar ketika memandang pada diriku yang masih terluka, mampukah?
Mampukah kumenggenggam jemari itu, mampukah kau mengiringi jalanku yang
tertatih…
Hanyut
akan kesederhanaannya yang tak mampu kulukiskan, senyumnya mampu menghipnotisku
untuk ikut tersenyum bersamanya. Hingga tak terasa aku tak lagi melangkah, namun
aku berlari, lari kencang menjauhi masa lalu. Karena cinta itu dating tanpa
harus kita rencanain, tapi cinta yang sempurna akan dating diwaktu yang
tepat…aku tak ingin lagi bermain rasa, menggantungkan tiap harap yang dating.
Bahkan dirimu membuat kekaguman itu semakin menjadi-jadi. Selalu inginku
pandang mata itu, senyum yang tulus tanpa kepura-puraan. Benarkah rasaku
padamu? Pelampiasan kah?
Lagi-lagi
kau ulurkan tangan itu, memberikan kepercayaan untuk ku rengkuh, meyakinkanku
untuk bersamamu.
Untuk yang tercinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar