Jumat, 02 Februari 2018

Oktober 2017

Ia sederhana, sesederhana ombak yang menyapu epian pantai. Matanya yang sesekali mengisyaratkan kerinduan, rindu akan rengkuhan kasih dan cinta sosok yang diharapkan. Tak pernah terbayangkan sebuah pertemuan di suatu tempat yang tak pernah kurencanakan. Aku sadar saat itu aku berdarah, terluka…sayatan itu masih terasa perihnya. Namun ia dengan segera merengkuh tubuh rapuhku, membalut luka dengan penuh kasih tanpa kubayangkan sebelumnya. Bahkan menawarkan warna sebuah cinta sederhana tanpa janji yang mencolok.
Ya..ia seperti laut, sesuai namanya, laut yang membuatku tak dapat pergi kemanapun. Aku tak bias menggapai bahkan melihat tepian. Ia terlalu menghanyutkanku jauh, sangat jauh. Aku sadar ketika memandang pada diriku yang masih terluka, mampukah? Mampukah kumenggenggam jemari itu, mampukah kau mengiringi jalanku yang tertatih…
Hanyut akan kesederhanaannya yang tak mampu kulukiskan, senyumnya mampu menghipnotisku untuk ikut tersenyum bersamanya. Hingga tak terasa aku tak lagi melangkah, namun aku berlari, lari kencang menjauhi masa lalu. Karena cinta itu dating tanpa harus kita rencanain, tapi cinta yang sempurna akan dating diwaktu yang tepat…aku tak ingin lagi bermain rasa, menggantungkan tiap harap yang dating. Bahkan dirimu membuat kekaguman itu semakin menjadi-jadi. Selalu inginku pandang mata itu, senyum yang tulus tanpa kepura-puraan. Benarkah rasaku padamu? Pelampiasan kah?
Lagi-lagi kau ulurkan tangan itu, memberikan kepercayaan untuk ku rengkuh, meyakinkanku untuk bersamamu.



Untuk yang tercinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar